Minggu, 15 November 2015

Pengaruh Dolar terhadap Rupiah



Pengaruh Dolar terhadap Rupiah
Melemahnya Nilai tukar rupiah yang sempat menembus angka kurang lebih Rp 14.000 per satu dollar Amerika Serikat pada hari Senin lalu  perlu diwaspadai, karena ekonomi makro Indonesia memerlukan kestabilan dan  bukan labil. Nilai rupiah yang berubah-ubah tidak stabil akan sangat mempengaruhi ekonomi makro  Indonesia. Secara garis besar ada tiga variabel yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia yaitu, Variabel yang pertama berhubungan dengan  nilai tukar rupiah berupa  nilai keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan bahan baku.
Variabel yang kedua adalah tingkat suku bunga, dimana akan terjadi meningkatnya nilai suku bunga perbankan yang akan  berdampak pada perubahan investasi di Indonesia. Sedangkan Variabel  yang ketiga adalah terjadinya Inflasi, meningkatnya harga-harga secara umum dan kontinu, akibat komsumsi  masyarakat  yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi dan spekulasi. Terlebih lagi akibat lambatnya pengumuman penaikan harga BBM bersubsidi, Pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu oleh naiknya impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina. Impor BBM yang besar membuat neraca perdagangan defisit  dan menekan kebutuhan valuta asing di dalam negeri.
Inilah 10 Alasan yang Menyebabkan Kurs Dollar Terhadap Rupiah Semakin Naik.
1.      Meningkatnya perekonomian di Amerika Serikat
Untuk memulihkan ekonomi Amerika Serikat setelah krisis pada tahun 2008 membuat The Fed yang merupakan Bank Sentral Amerika berencana melakukan tapering off atau pengurang quantitative easing yang disebut juga dengan stimulus ekonomi. Rencana ini dikemukakan gubernur The Fed yaitu Ben Bernake pada Mei 2013 menjadikan langkah awal penguatan dolar terhadap keuangan global, sehingga suplai dolar menjadi berkurang.
Dampak sebaliknya diterima Indonesia yang merupakan negara berkembang, mudah terdepresiasi nilai mata uangnya karena pengaruh penguatan mata uang negara maju, khususnya Amerika Serikat. Nilai Mata uang Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, soft currency yang artinya sensitif sekali terhadap kondisi perekonomian internasional. Spekulasi pada pasar finansial, ketidakstabilan ekonomi maupun krisis finansial menyebabkan melemahnya nilai soft currency.
2.      Terus tertekan karena signal buruk dari The Fed
Saat The Fed merencanakan untuk memangkas pembelian obligasi di Mei 2013, Indeks harga saham gabungan atau IHSG serta nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam. Berkenaan dengan hal tersebut, memunculkan kekhawatiran atas pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, yang mungkin saja berdampak pada kembalinya modal dan mempengaruhi lalu lintas keuangan dunia.
3.      Lemahnya nilai mata uang melanda seluruh dunia
Karena pemulihan perekonomian di Amerika Serikat, bersamaan dengan pemangkasan stimulus yang dilakukan oleh The Fed, berdampak positif pada penguatan dolar terhadap mata uang dunia. Kalau dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain, rupiah belum terlalu anjlok, tetapi tak juga dalam posisi yang aman. Posisinya berada di tengah-tengah mata uang negara lain, juga tak begitu menguntungkan.
Mata uang Malaysia, ringgitlah yang memimpin pelemahan nilai tukar terhadap mata uang dolar Amerika Serikat itu. Saat ini mengalami penurunan sekitar 16,79% kembali pada titik terendahnya 17 tahun yang lalu ketika krisis keuangan Asia terjadi di tahun 1998. Dan masih banyak negara lain yang mengalami penurunan nilai mata uangnya terhadap dolar Amerika. Itulah negara Adidaya, dampaknya hingga ke seluruh dunia.
4.      Harga komoditas ekpor Indonesia harganya anjlok
Pelemahan mata uang yang terjadi di dunia terhadap mata uang dolar, berefek pada menurunnya permintaan barang komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak nabati, batubara, tekstil dan produk tekstil, barang logam tidak mulia, karet olahan, ataupun kayu olahan. Sheingga, harganyapun menjadi anjlok di pasar dunia dan mempengaruhi neraca perdagangan hingga akhirnya menambah lemahnya nilai rupiah terhadap dollar.
5.      Kinerja ekspor semakin merosot
Karena penurunan permintaan barang komoditas ekspor Indonesia, menyebabkan merosotnya kinreja ekspor. Yang terjadi seharusnya adalah saat rupiah melemah, ekspor mestinya mengalami kenaikan. Tetapi, karena anjloknya harga dan permintaan barang komoditas, maka pengaruhnya pada neraca perdagangan sangatlah jelek dan hal ini mendorong semakin melemahnya nilai rupiah.
6.      Impor barang tinggi
Entah mengapa, padahal produk hasil dalam negeri tak kalah dengan produk olahan negara lain. Namun, banyak dari masyarakat lebih memilih produk luar negeri yang menurutnya lebih nampak mewah dan elegan. Bukan hanya itu saja, sejak 6 tahun belakangan ini Indonesia melakukan impor barang modal dan konsumsi naik drastis, pengaruhnya menekan neraca perdagangan. Itulah juga faktor pendorong melemahnya rupiah sejak tahun 2013. Walaupun satu tahun terakhir ini sudah terjadi penurunan impor barang, tetapi belum cukup signifikan dalam pelemahan nilai rupiah terhadap dolar.
7.      3 tahun terakhir neraca perdagangan terus merosot
Bagaimana tidak, setelah mengalami menurunnya perdagangan komoditas ekspor, pasti neraca perdagangan juga anjlok. Penurunan ini dapat diketahui dari data catatan Bank Indonesia atas aktivitas impor ekspor dengan cara free on board dan dari kementrian perdagangan yang selalu melaporkan hasil aktivitas perdagangan menyeluruh.
8.      Bom waktu peninggalan dari pemimpin lama
Lemahnya nilai tukar rupiah telah terjadi beberapa tahun ke belakang ini. Selain adanya faktor internal yang memicu pelemahan nilai rupiah, juga diakibatkan karena defisit transaksi berjalan mulai tahun 2012. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga, hingga saat ini pemerintah belum menemukan solusinya untuk membalik defisit neraca berubah menjadi surplus.
9.      Sama dengan Turki dan Brazil, yang juga rawan defisit
Selain negara kita, Turki dan Brazil juga merupakan negara yang mengalami rawan akan defisit transaksi berjalan yang cukup tinggi. Sedangkan negara-negara yang mempunyai transaksi berjalan surplus, mata uangnya malah lebih terjaga.
10.  Bank Indonesia lebih hati-hati, meskipun Malaysia dan Rusia menguras devisa negaranya
Penguatan nilai dolar amerika menjadikan negara-negara yang kena dampaknya melakukan intervensi valas terhadap pasar domestik. Sementara bank sentral Rusia telah menguras devisa negaranya dengan membeli dolar untuk menyelamatkan rubel, maka pelemahannya dapat ditahan di 44,9% dalam 6 bulan terakhir ini. Tetapi berbeda yang dilakukan oleh bank Indonesia yang malah menahan menggunakan devisa. Mungkin saja dengan membeli dolar belum tentu bisa menguatkan rupiah dalam jangka waktu lama.

Refrensi :
http://www.infoidebisnis.com/10-alasan-yang-menyebabkan-kurs-dollar-terhadap-rupiah-semakin-naik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar