Pengaruh
Dolar terhadap Rupiah
Melemahnya Nilai tukar rupiah
yang sempat menembus angka kurang lebih Rp 14.000 per satu dollar Amerika
Serikat pada hari Senin lalu perlu diwaspadai, karena ekonomi makro
Indonesia memerlukan kestabilan dan bukan labil. Nilai rupiah yang
berubah-ubah tidak stabil akan sangat mempengaruhi ekonomi makro
Indonesia. Secara garis besar ada tiga variabel yang mempengaruhi ekonomi makro
Indonesia yaitu, Variabel yang pertama berhubungan
dengan nilai tukar rupiah berupa nilai keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Merosotnya
nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata
uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena
meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional.
Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan bahan baku.
Variabel yang kedua adalah tingkat suku bunga, dimana akan terjadi
meningkatnya nilai suku bunga perbankan yang akan berdampak pada
perubahan investasi di Indonesia. Sedangkan Variabel yang ketiga adalah terjadinya Inflasi, meningkatnya
harga-harga secara umum dan kontinu, akibat komsumsi masyarakat
yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi dan
spekulasi. Terlebih lagi akibat lambatnya pengumuman penaikan harga BBM
bersubsidi, Pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu oleh naiknya impor BBM yang
dilakukan oleh Pertamina. Impor BBM yang besar membuat neraca perdagangan
defisit dan menekan kebutuhan valuta asing di dalam negeri.
Inilah
10 Alasan yang Menyebabkan Kurs Dollar Terhadap Rupiah Semakin Naik.
1.
Meningkatnya
perekonomian di Amerika Serikat
Untuk
memulihkan ekonomi Amerika Serikat setelah krisis pada tahun 2008 membuat The
Fed yang merupakan Bank Sentral Amerika berencana melakukan tapering off atau
pengurang quantitative easing yang disebut juga dengan stimulus ekonomi.
Rencana ini dikemukakan gubernur The Fed yaitu Ben Bernake pada Mei 2013
menjadikan langkah awal penguatan dolar terhadap keuangan global, sehingga
suplai dolar menjadi berkurang.
Dampak sebaliknya diterima Indonesia
yang merupakan negara berkembang, mudah terdepresiasi nilai mata uangnya karena
pengaruh penguatan mata uang negara maju, khususnya Amerika Serikat. Nilai Mata
uang Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, soft currency yang artinya
sensitif sekali terhadap kondisi perekonomian internasional. Spekulasi pada
pasar finansial, ketidakstabilan ekonomi maupun krisis finansial menyebabkan
melemahnya nilai soft currency.
2.
Terus
tertekan karena signal buruk dari The Fed
Saat
The Fed merencanakan untuk memangkas pembelian obligasi di Mei 2013, Indeks
harga saham gabungan atau IHSG serta nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam.
Berkenaan dengan hal tersebut, memunculkan kekhawatiran atas pemulihan ekonomi
di Amerika Serikat, yang mungkin saja berdampak pada kembalinya modal dan
mempengaruhi lalu lintas keuangan dunia.
3.
Lemahnya
nilai mata uang melanda seluruh dunia
Karena
pemulihan perekonomian di Amerika Serikat, bersamaan dengan pemangkasan
stimulus yang dilakukan oleh The Fed, berdampak positif pada penguatan dolar
terhadap mata uang dunia. Kalau dibandingkan dengan nilai mata uang negara
lain, rupiah belum terlalu anjlok, tetapi tak juga dalam posisi yang aman.
Posisinya berada di tengah-tengah mata uang negara lain, juga tak begitu
menguntungkan.
Mata uang Malaysia, ringgitlah yang memimpin pelemahan nilai tukar terhadap mata uang dolar Amerika Serikat itu. Saat ini mengalami penurunan sekitar 16,79% kembali pada titik terendahnya 17 tahun yang lalu ketika krisis keuangan Asia terjadi di tahun 1998. Dan masih banyak negara lain yang mengalami penurunan nilai mata uangnya terhadap dolar Amerika. Itulah negara Adidaya, dampaknya hingga ke seluruh dunia.
Mata uang Malaysia, ringgitlah yang memimpin pelemahan nilai tukar terhadap mata uang dolar Amerika Serikat itu. Saat ini mengalami penurunan sekitar 16,79% kembali pada titik terendahnya 17 tahun yang lalu ketika krisis keuangan Asia terjadi di tahun 1998. Dan masih banyak negara lain yang mengalami penurunan nilai mata uangnya terhadap dolar Amerika. Itulah negara Adidaya, dampaknya hingga ke seluruh dunia.
4.
Harga
komoditas ekpor Indonesia harganya anjlok
Pelemahan
mata uang yang terjadi di dunia terhadap mata uang dolar, berefek pada
menurunnya permintaan barang komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak nabati,
batubara, tekstil dan produk tekstil, barang logam tidak mulia, karet olahan,
ataupun kayu olahan. Sheingga, harganyapun menjadi anjlok di pasar dunia dan
mempengaruhi neraca perdagangan hingga akhirnya menambah lemahnya nilai rupiah
terhadap dollar.
5.
Kinerja
ekspor semakin merosot
Karena
penurunan permintaan barang komoditas ekspor Indonesia, menyebabkan merosotnya
kinreja ekspor. Yang terjadi seharusnya adalah saat rupiah melemah, ekspor
mestinya mengalami kenaikan. Tetapi, karena anjloknya harga dan permintaan
barang komoditas, maka pengaruhnya pada neraca perdagangan sangatlah jelek dan
hal ini mendorong semakin melemahnya nilai rupiah.
6.
Impor
barang tinggi
Entah
mengapa, padahal produk hasil dalam negeri tak kalah dengan produk olahan
negara lain. Namun, banyak dari masyarakat lebih memilih produk luar negeri
yang menurutnya lebih nampak mewah dan elegan. Bukan hanya itu saja, sejak 6
tahun belakangan ini Indonesia melakukan impor barang modal dan konsumsi naik
drastis, pengaruhnya menekan neraca perdagangan. Itulah juga faktor pendorong
melemahnya rupiah sejak tahun 2013. Walaupun satu tahun terakhir ini sudah
terjadi penurunan impor barang, tetapi belum cukup signifikan dalam pelemahan
nilai rupiah terhadap dolar.
7.
3 tahun
terakhir neraca perdagangan terus merosot
Bagaimana
tidak, setelah mengalami menurunnya perdagangan komoditas ekspor, pasti neraca
perdagangan juga anjlok. Penurunan ini dapat diketahui dari data catatan Bank
Indonesia atas aktivitas impor ekspor dengan cara free on board dan dari
kementrian perdagangan yang selalu melaporkan hasil aktivitas perdagangan
menyeluruh.
8.
Bom waktu
peninggalan dari pemimpin lama
Lemahnya
nilai tukar rupiah telah terjadi beberapa tahun ke belakang ini. Selain adanya
faktor internal yang memicu pelemahan nilai rupiah, juga diakibatkan karena
defisit transaksi berjalan mulai tahun 2012. Walaupun sudah berusaha sekuat
tenaga, hingga saat ini pemerintah belum menemukan solusinya untuk membalik
defisit neraca berubah menjadi surplus.
9.
Sama
dengan Turki dan Brazil, yang juga rawan defisit
Selain
negara kita, Turki dan Brazil juga merupakan negara yang mengalami rawan akan
defisit transaksi berjalan yang cukup tinggi. Sedangkan negara-negara yang
mempunyai transaksi berjalan surplus, mata uangnya malah lebih terjaga.
10. Bank Indonesia lebih hati-hati, meskipun Malaysia dan Rusia
menguras devisa negaranya
Penguatan
nilai dolar amerika menjadikan negara-negara yang kena dampaknya melakukan
intervensi valas terhadap pasar domestik. Sementara bank sentral Rusia telah
menguras devisa negaranya dengan membeli dolar untuk menyelamatkan rubel, maka
pelemahannya dapat ditahan di 44,9% dalam 6 bulan terakhir ini. Tetapi berbeda
yang dilakukan oleh bank Indonesia yang malah menahan menggunakan devisa.
Mungkin saja dengan membeli dolar belum tentu bisa menguatkan rupiah dalam
jangka waktu lama.
Refrensi :
http://www.rri.co.id/post/editorial/127/editorial/menyimak_dampak_melemahnya_nilai_tukar_rupiah.html
http://www.infoidebisnis.com/10-alasan-yang-menyebabkan-kurs-dollar-terhadap-rupiah-semakin-naik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar